Kamis, 02 Oktober 2014

Cara unik Bupati Karanganyar mendapatkan kritikan dan masukan dari anak buahnya



Cara unik Bupati Karanganyar mendapatkan kritikan dan masukan dari anak buahnya, terutama PNS di lingkungan Pemkab Karanganyar.
Bupati Juliyatmono meminta kepada semua aparat pemerintah untuk menulis di sebuah kertas kosong, uneg-uneg mereka tentang pemerintah, tentang kepemimpinanhnya, kebijakan, program dan apapun.
“Silahkan ditulis tanpa nama, apalagi alamat, pangkat, jabatan. Pokoknya tulis saja di kertas kosong, kumpulkan, dan serahkan ke saya. Pasti saya baca dan kalau masukan penting, pasti saya perhatikan,” kata Bupati.
“Silakan, yen kowe arep mbajing-mbajingne aku, ngunek-unekne, memaki-maki, mengkritik, pokoke apa wae, sak karepmu. Pasti tulisanmu saya baca, dan akan saya jadikan bahan introspeksi, menyusun program baru, dan kalau wujudnya masalah, akan saya selesaikan segera,” kata dia.
“Jangan memuji. Saya tidak ingin mendapatkan pujian, karena memang tidak perlu ada yang harus dipuji. Pujian itu akan mnejerumuskan. Kalau ada pujian pasti saya buang. Silahkan memaki-maki semaumu sendiri. Saya malah senang,” kata dia.
Bupati mengatakan, tidak ingin semua berjalan mulus-mulus saja karena tidak ada yang berani mengkritik. Dirinya tidak anti terhadap kritik. Justru ketika dikritik berarti ada yang salah dan harus diluruskan.
(Suaramerdeka.com)

Selasa, 16 September 2014

Karanganyar Akan Miliki Waduk Baru

Kabupaten Karanganyar akan mempunyai waduk baru yakni Waduk Gondang yang terletak di Desa Ganten dan Gempolan, Kecamatan Kerjo, serta di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso.  Saat ini Bumi Intanpari telah mempuyai dua waduk yakni Delingan dan Lalung yang terletak di Kecamatan Karanganyar.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah mengeluarkan Keputusan Nomor 590/79 tahun 2013 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Waduk Gondang di Kabupaten Karanganyar.

“Bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan untuk kemakmuran masyarakat khususnya di wilayah Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya, diperlukan pembangunan Waduk Gondang di Kabupaten Karanganyar,” bunyi menimbang huruf a dalam Keputusan itu.
Selanjutnya pada huruf b berbunyi, berdasarkan Pasal 26 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 dan Pasal 45 Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar Tahun 2013-2032, pembangunan Waduk Gondang di Kabupaten Karanganyar telah sesuai perencanaan tata ruang.
Penetapan lokasi diberikan kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Direktorat Jendral Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum seluas kurang lebih 88,25 hektar.
“Apabila di lokasi tersebut terdapat tanah dan atau bengunan milik instansi pemerintah, pemerintah daerah dan atau pemerintah desa agar diselesaikan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” merupakan bunyi diktum ketiga huruf b.
Semua biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara pada BBWS Bengawan Solo Direktorat Jendral Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum.pd
sumber : http://www.karanganyarkab.go.id/20140127/karanganyar-akan-miliki-waduk-baru/

Jumat, 23 Mei 2014

Mapolsek di Karanganyar Ini bakal Tergusur Proyek Fly Over

Sejumlah pengendara sepeda motor melintas di dekat proyek Fly Over yang terdapat genangan air di Jalan Raya Palur, Karanganyar, Rabu (27/11). Lokasi pengerukan aspal di proyek itu terdapat genangan air hujan yang harus diangkut menggunakan truk karena saluran air tidak berfungsi optimal. (JIBI/Solopos/Ardiansyah Indra Kumala)
Rabu, 21 Mei 2014 16:39 WIB | Indah Septiyaning W/JIBI/Solopos |


Solopos.com, JATEN — Proyek pembangunan fly over Palur Karanganyar bakal mengepras Mapolsek Jaten serta Tugu Intanpari. Sesuai rencana, Mapolsek Jaten siap dipindah di bekas jembatan timbang di Sroyo.
Kapolsek Jaten, AKP Poniran, ketika dijumpai Solopos.com, Rabu (21/5/2014), mengatakan penggeseran Mapolsek Jaten ke lahan aset milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah ini sebagai dampak pembangunan fly over Palur. “Sebagai ganti karena kena fly over, maka akan dipindah ke bekas jembatan timbangan di Sroyo,” ujarnya.
Namun demikian, AKP Poniran mengatakan tidak mengetahui secara pasti kapan pemindahan dan pembongkaran bangunan akan dilakukan. Diakuinya, selama ini Mapolsek Jaten berada tidak jauh dari perlintasan rel kereta api Palur. Kondisi Mapolsek pun berada di titik strategis lantaran tepat di pusat keramaian.
Namun nantinya jika memang akan dipindah di bekas jembatan timbang Sroyo, letak Mapolsek berada jauh dari pusat keramaian. “Saat ini titik keramaian ada di Palur. Kendaraan dari arah Surabaya menuju Solo maupun sebaliknya dan Solo-Karanganyar terpusat Tugu Intanpari,” katanya.
Bupati Karanganyar Juliyatmono sebelumnya mengatakan telah mengusulkannya ke Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terkait lahan bekas jembatan timbang di Sroyo yang akan digunakan untuk Mapolsek Jaten. Hasilnya, Bupati mengatakan usulan disetujui namun dibatasi ukuran. Sebab, lahan seluas 6.000 meter persegi itu masih akan dimanfaatkan Pemprov untuk kebutuhannya.
“Gubernur meminta pembangunan Mapolsek diawali pengukuran lahan. Sebab, sebagian dari lahan bekas jembatan timbang masih akan dimanfaatkan Pemprov,” jelas Juliyatmono.
Hingga kini rencana penggeseran Mapolsek Jaten masih menunggu tahapan proyek yang saat ini fokus peninggian material jembatan layang. Penggeseran Mapolsek dinilai penting mengingat pelayanan di kantor polisi harus kontinu, tanpa terkendala aktivitas proyek. Juliyatmono belum mengetahui pemanfaatan ke depan lahan bekas Mapolsek pascapemindahan nanti.
Selain pemindahan Mapolsek Jaten, Juliyatmono menambahkan Tugu Intanpari yang ada di Simpang Tiga Palur dipastikan akan dibongkar. Bupati belum bisa memastikan apakah akan membangun kembali tugu serupa sebagai pengganti atau tidak. Namun, Pemkab berencana membuat semacam gapura penanda pintu masuk Karanganyar.
“Nantinya dibikin cantik yang posisinya disesuaikan dengan fly over,” tandasnya.
sumber : http://www.solopos.com/2014/05/21/fly-over-palur-mapolsek-di-karanganyar-ini-bakal-tergusur-proyek-fly-over-509091

Jumat, 16 Mei 2014

Asale: Makam Pangeran Benowo Ngringo Karanganyar

Desa Ngringo Karanganyar (Indah SW/JIBI/Solopos)a
Minggu, 4 Mei 2014 21:15 WIB | Indah Septiyaning W/JIBI/Solopos |

Solopos.com, KARANGANYAR–Desa Ngringo adalah salah satu desa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kawasan ini berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kota Solo. Desa Ngringo sendiri dikenal sebagai desa terpadat penduduknya di Bumi Intanpari. Masyarakat mengenal Desa Ngringo dengan sebutan Palur.
Padahal Palur merupakan dusun di Desa Ngringo. Sementara Palur di Kabupaten Sukoharjo merupakan sebuah desa. Menurut sesepuh desa setempat, Subagyo kepada Solopos.com, Sabtu (3/5/2014), awal terbentuk Desa Ngringo dari sebuah kampung. Seiring perjalanan waktu, kampung Ngringo semakin berkembang hingga terbentuk menjadi sebuah desa.
Sejak tahun 1927, Desa Ngringo sudah dipimpin oleh seorang kepala desa. Yang menjadi pemimpin desa setempat adalah sesepuh atau orang yang dituakan di desa tersebut. “Pada masa lalu yang menjadi pemimpin desa adalah orang yang dituakan pada saat itu,” ujar Subagyo.
Bercerita tentang Desa Ngringo tentu tidak lepas dari Benowo, salah satu daerah di desa ini. Wilayah Benowo menjadi terkenal karena di daerah tersebut terdapat makam Pangeran Benowo atau Mbah Minggir. Menurut kisah, dahulunya di daerah tersebut ditemukan sesosok mayat terapung di sekitar Dukuh Tempuran tersebut.
Oleh masyarakat sekitar mayat tersebut dikenal dengan sebutan Mbah Minggir. Mayat tersebut terus kembali kendati oleh warga berusaha dialirkan ke Sungai Bengawan Solo. Kemudian mayat tersebut terus berada dipinggiran sungai. Karena itu oleh masyarakat disebut Mbah Minggir.
Mayat Pangeran Benowo
Namun ada warga yang menyebut mayat tersebut merupakan Pangeran Benowo. “Dulu pernah akan dibuang dengan kayu yang ada di sekitar ditemukannya mayat itu. Namun gagal. Dan ternyata diketahui itu mayat Pangeran Benowo,” tuturnya.
Dikatakan Subagyo, mayat tersebut terus kembali hingga akhirnya oleh warga setempat memakamkannya di dekat kawasan Tempuran.  Daerah yang kini dinamakan Benowo sering menjadi topik perbincangan masyarakat karena kayu yang ditemukan di sekitar mayat Mbah Minggir dijadikan sebagai jembatan Benowo.
Boleh percaya atau tidak, jembatan kayu tersebut hingga kini masih bertahan, kendati jalan di sampingnya telah diaspal. “Dulu sudah pernah mau di aspal. Tapi gagal. Kejadian tersebut bukannya sekali, namun berkali-kali. Jembatan kayu tersebut tetap dipertahankan apa adanya,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, Pemerinrah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar berencana memecah daerah tersebut. Hal ini dilakukan karena pertumbuhan penduduk sangat pesat dan wilayah desa yang memadai untuk dipecah atau dikembangkan lagi.
sumber : http://www.solopos.com/2014/05/04/asal-usul-asale-makam-pangeran-benowo-ngringo-karanganyar-505804

Kamis, 01 Mei 2014

Bus Mira Tabrak Livina, Satu Tewas


Sabtu, 26 April 2014 16:14 WIB | Indah Septiyaning W/JIBI/Solopos |
Solopos.com, KARANGANYAR—Kecelakaan maut terjadi di Solo-Sragen tepatnya di Nglarangan, Kebakkramat, Karanganyar, Jumat (26/4) malam. Bus Mira dengan nomor polisi S 7310 US.
tujuan Surabaya menghantam mobil Nissan Grand Livina AD 9409 YE  hingga terbalik. Akibatnya sopir Grand Livina, Yogala Adi Purwo Atmojo, 29, warga Masaran, Sragen tewas ditempat kejadian. Korban tewas mengenaskan setelah tergencet bodi mobil yang terbalik.
Informasi yang dihimpun solopos.com, kejadian bermula saat kedua kendaraan melaju dari arah Solo menuju ke wilayah Sragen sekitar pukul 23.30 WIB. Bus Mira yang dikemudikan oleh Suryanto, 33, warga Magetan melaju dengan kecepatan kencang. Kemudian mobil Nissan Grand Livina yang dikemudikan korban juga melaju dengan kecepatan kencang.
Bus Mira mencoba menyalip kendaraan korban. Namun diduga bus Mira menghantam bagian samping kanan bodi mobil korban hingga oleng dan terbalik. Sementara bus yang hilang kendali baru berhenti seusai menabrak sebuah pohon di pinggir jalan.
Nahas, korban tergencet di dalam mobil yang kondisinya ringsek. Korban mengalami luka serius hingga tewas seketika di lokasi kejadian. Sontak kondisi ini membuat penumpang bus Mira berhamburan keluar.
Menurut warga sekitar, Tompo, saat kejadian kondisi jalan sepi. Dirinya hanya mendengar suara rem mobil yang disusul suara dentuman keras kendaraan bertabrakan. “Begitu keluar saya lihat ada tabrakan. Melihat kondisi Grand Livina terbalik dan sopir tergencet didalam mobil,” ujarnya.
Dia mengatakan warga kesulitan menolang korban lantaran kondisi mobil terbalik. Sementara tubuh korban tergencet didalam bodi mobil. Hingga akhirnya petugas dari kepolisian tiba di lokasi dan mengevakuasi korban yang sudah dalam kondisi tak bernyawa. Kemudian jenazah korban langsung dibawa oleh keluarga.
Sementara pengemudi bus diamankan oleh kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dikatakan Tompo, jalan raya Solo-Sragen merupakan jalur rawan kecelakaan lalu lintas. Kondisi jalan yang sempit dan minimnya lampu penerangan jalan umum diduga sebagai penyebab rawannya jalur tersebut.
“Sudah banyak kecelakaan lalu lintas di kawasan ini. Terutama kecalakaan terjadi pada malam hari, banyak kendaraan yang ngebut dengan kecepatan tinggi,” tuturnya.
Kasatlantas Polres Karanganyar AKP Sukmawati mewakili Kapolres AKBP Martirenni Narmadiana mengatakan sopir bus Mira telah diamankan dan tengah dimintai keterangannya oleh tim penyidik. “Kasus tersebut sedang kami tangani,” tegas Kasatlantas AKP Sukmawati.
sumber : http://www.solopos.com/2014/04/26/kecelakaan-karanganyar-bus-mira-tabrak-livina-satu-tewas-504699

Kubu Pro dan Kontra Sang Kades Nyaris Bentrok

Sabtu, 26 April 2014

HASIL PEMILU KARANGANYAR | Bakul Tempe Ini Pasrah Kalah Berebut Kursi DPRD

Ilustrasi hitung suara coblosan Pemilu 2014 (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, KARANGANYAR – Impian Dwi Suyatno duduk di kursi DPRD Karanganyar sirna seiring berakhirnya penghitungan suara hasil Pemilu 2014. Pria yang kesehariannya dikenal sebagai bakul tempe ini, Rabu (9/4/2014), mengaku pasrah dengan hasil perolehan suara yang ia peroleh.
Bertarung di Dapil I Karanganyar yang meliputi Karanganyar Kota, Mojogedang, dan Matesih, perolehan suara ayah dua anak itu tak terlalu signifikan. Dwi Suyatno adalah calon anggota lembaga legislatif (caleg) nomor urut ketujuh Partai Nasional Demokrat Karanganyar.
Kepada Solopos.com, Dwi Suyatno mengaku sudah mengevaluasi penyebab kekalahan di Pemilu 2014. Hal itu, antara lain tangguhnya kekuatan ekonomi caleg lain yang bertarung di Dapil I. Di samping itu, mesin partai dalam menghimpun suara dinilai kurang gereget. Caleg-caleg DPR dari partainya juga terbilang jarang terjun ke lapangan sebagaimana yang dilakukan caleg DPR dari partai lain.
“Saya sudah legawa dengan hasil kemarin. Saya tak tahu perolehan suara karena memang saya tak memantau penghitungan suara. Di tempat pemungutan suara (TPS) saya mencoblos [TPS 15 Tegalgede, Karanganyar], saya hanya memperoleh tujuh suara,” katanya saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Rabu (23/4/2014).
Beberapa hari sebelum pelaksanaan pencoblosan, Dwi mengaku sudah mengetahui kalau dirinya tak bakal memenuhi target perolehan suara, 2.500. Bahkan tiga hari sebelum pencoblosan, caleg dari partai lain melakukan manuver politik yang mematikan. Di antaranya, termasuk menyebar isu negatif danmoney politics.
“Jangankan orang lain, saudara saya sendiri ada yang berbelok arah gara-gara manuver caleg lain. Lantaran saya memang tak menggunakan uang sama sekali, saya bisa menerima kekalahan ini,” katanya.
Kendati gagal duduk di kursi DPRD Karanganyar, Dwi Suyatno mengaku tak kapok berkecimpung di dunia politik. Dirinya juga bersiap mengawasi kinerja anggota DPRD ke depan. “Saya masih tetap berjualan tempe setiap harinya. Saya juga masih ingin berpolitik di masa mendatang,” tegasnya.
sumber :http://www.solopos.com/2014/04/24/hasil-pemilu-2014-bakul-tempe-ini-pasrah-kalah-berebut-kursi-dprd-504188